Muhammad Shendy Amrullah

Muhammad Shendy Amrullah

Perangkat Teleskop James Webb Siap Instalasi

JWST
Fase ketiga alias akhir dari uji kriogenik kamera dan spektograf James Webb Space Telescope (JWST) di NASA's Goddard Space Flight, Greenbelt, Maryland, rampung pada Selasa (29/3) lalu. Hal tersebut sekaligus mengantarkan JWST menuju tahap instalasi.

Selama berbulan-bulan perangkat JWST berada dalam ruang simulator bersuhu rendah. "Pengujian ini penting dikarenakan intrumen harus beroperasi pada suhu sangat dingin, (yakni) sekitar 387 F, atau 40 kelvins," jelas NASA dalam website resminya.

Instrumen, selanjutnya, akan dibawa ke observatorium untuk disatukan dengan cermin teleskop. Berikut video pengangkatan instrumen JWST dari simulator yang diunggah NASA pada akun Youtube-nya.


Credits: NASA's Goddard Space Flight Center/M. McClare

JWST atau yang sering disebut Webb adalah penerus dari Hubble Telescope, dan dianggap akan menjadi teleskop ruang angkasa terkuat sepanjang sejarah. Webb diyakini mampu menunjukkan banyak fase dalam sejarah alam semesta, termasuk pembentukan sistem dan evolusi tata surya.

Baca juga: Teleskop Antariksa Terhebat Rampung pada 2018

Kicauan Humor TNI Angkatan Udara di Twitter

Akun Twitter TNI AU
Akun Twitter resmi milik TNI Angkatan Udara Republik Indonesia tampil beda dengan sejumlah tweet-nya yang terbilang cukup menggelitik. Alhasil, akun tersebut menjadi buah bibir dan perhatian sekalian netizen.

"Tidak perlu. Cukup perbanyak push-up tiga jari agar jempolnya kuat karena di dalam jempol yang kuat terdapat twit yang sehat," begitu tulis pemilik akun TNI Angkatan Udara pada akun Twitter-nya.

Akun @_TNIAU sudah hadir sejak 2012 lalu, namun baru mendapat banyak perhatian setelah akun tersebut merespons tuduhan Ketua Presidium Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI), Ratna Sarumpaet, yang dalam sebuah berita online menyebut bahwa 'Ahok sudah membeli tentara, kepolisian, dan KPK'.

Kalimat itu diungkapkan Ratna untuk menanggapi keterlibatan TNI dan polisi dalam penggusuran Kalijodo. Dalam kicauannya, TNI AU mempertanyakan klaim tersebut dengan meminta 'bukti kwitansi'. "Come on.. Bu @RatnaSpaet, tuduhan seserius itu Ibu bilang "asumsi"? Come..oon!" sentil akun TNI Angkatan Udara pada 12 Maret lalu.

Epul Terus Sebarkan Hashtag Earth Hour

Saeful Hamdi
Aksi mematikan lampu serentak selama satu jam alias Earth Hour akan berlangsung pada Sabtu pekan ini. Kegiatan rutin tersebut lagi-lagi menggugah animo alumnus Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Saeful Hamdi, untuk kembali ikut berpartisipasi.

Sebagaimana dilansir akun Facebook miliknya, pria yang akrab disapa Epul tersebut tampak rutin menyebarkan #EarthHour.

"Dua Hari lagi menuju #EarthHour ‪di seluruh dunia.Yuk! serentak matikan lampu & alat elektronik lainnya yang tidak terpakai," tulis Epul dalam statusnya pada Jum'at lalu.

Selain terus update dalam partisipasinya, Epul pun menyimpan harapan besar dari kegiatan yang diadakan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) itu. 

"Banyak harapan kedepan yang bisa terjadi dengan perilaku bijak energi kita, salah satunya saya berharap elektrifikasi seluruh masyarakat di Indonesia dapat terpenuhi," jelasnya kembali melalui akun facebook.

Nenden: Saya Merindukan untuk KKM

Nenden Imas Iklima
MAHASISWA Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Nenden Imas Iklima, mengaku rindu akan kegiatan KKM yang baru-baru ini usai.

"Ya, saya merindukan untuk KKM karena saya mulai nyaman dengan masyarakat di sana. Mereka sudah mulai dekat dengan saya," jelas Nenden saat diwawancarai via BBM, Jum'at (18/3) malam.

Tiga puluh hari menjalankan tugas sebagai guru di Kabupaten Garut tampaknya tak membuat gadis berparas ayu tersebut puas. Ia menilai butuh waktu lebih untuk memaksimalkan pendekatan terhadap masyarakat setempat, terutama murid didiknya.

"Buat dekat dengan murid SD sangat membutuhkan proses. Namun, saya merasa senang bisa langsung terjun ke masyarakat," tutur Nenden.

Semangat Tiada Tara Si Kaki Mungil

Bu Nis
Setiap hari, tak ada waktu baginya tuk berleha-leha. Semangatnya terus menggebu-gebu, bak gunung ditengah samudera. Sengatan terik matahari, tak sanggup mengusirnya. Hantaman ombak pun, tak kuasa menghanyutkan.

Jilbab yang selalu ia kenakan, tak ayal dilumuri peluh. Namun, betapa enggan ia berucap putus asa, apalagi melakukannya.

Diusia tuanya kini, segala perihal duniawi seakan tak lagi berarti baginya, kecuali menafkahi keluarga. Dari tepian sawah, figur santun itu bercerita.

Sejak fajar di musim panen, ibu yang disapa “Nis” ini telah bergegegas menuju sawah. Begitu yang ia lakukan sejak 15 tahun silam. Jarak yang mesti ditempuh, terasa tak sepadan dengan usianya yang kini 52 tahun.

Seribu meter dari kediamannya di desa Cibagbagan, Kabupaten Bandung menuju sawah, senantiasa Bu Nis tapaki dengan kaki mungilnya. Iyat (70) suaminya yang tengah sakit, menjadi alasan mengapa ibu dua anak ini tegar membanting tulang. Juga, tak ingin kehilangan keluarga untuk ketiga kalinya.

Setahun yang lalu, pasca kehilangan satu anak, Bu Nis kembali mengalami hal serupa —Dede– wafat, keturunanya yang berusia 21 tahun. Diantara penyebabnya adalah sakit dan biaya pengobatan yang tak tertanggung.

“Ibu juga kan baru ditinggalin anak bujangan setahun yang lalu. Masih sedih. Gak punya uang buat berobat,” jelasnya.

Di sawah, Bu Nis tak lebih dari sekedar buruh tani. Tak banyak hasil yang ia peroleh dari profesi tersebut. Mulai pukul 6 pagi hingga 2 siang, beliau hanya dapat mengumpulkan 3 kilogram gabah untuk dibawa pulang. Itu pun bila musim panen. Di hari lain, ia hanya meraup keuntungan dari hasil mencuci baju-baju tetangganya. Namun tak pernah terlihat keluhan dari roman keibuan itu. “Tapi yang penting mah halal!,” begitu katanya.

Bu Nis berpesan kepada kita generasi muda untuk tidak bermalas-malasan dalam meniti kehidupan. “Jangan malas! Kan harus berjuang sekarang teh. Kalau malas kan tidak makan, tidak pake baju.”
Back To Top